Kamis, 04 Agustus 2016

Sentral Solusi Bisnis

Sentral Solusi Bisnis
(SSB)
SSB Vision:          To be come Sentral Business Solution
SSB Mision:         Committed to profesionalism
                                Be Care to busines with solution in region
                                Strong in presure with concern to quality of life
Nilai- nilai kantor:
SSB PROSEDUR:
Setting the goal
Measurement
Action Plan
Review
Technical implementation

5 "A" FOR TECHNICAL IMPLEMENTATION
                Aware
Alearn
Action
Achieve
Asure

SSB PLANNING:
                Specific
Measurable
Achieveble
Result Oriented
Time Bond

SSB PRODUCT:
Man, Management and Marketing
Accounting and Auditing
Recovery and revitalization
Training, Tax and Technology


5 "R" :
Ringkas
Rapi
Resik
Rawat
Rajin

5"S" :
Seri
Seiton
Seiso
Shiketsu
Shitsuke

7 Waste :
Transportation
Inventory
Process
Movement
Over Production
Defect
Idle Time

7 WAYS FOR CBS PEOPLE:
Proaktif
Target
Priority
Win-Win
Empathy
Sinergy
Attitude

5 WAYS GIVING INSTRUCTION:
Telling what to do
Telling how to do
Showing how to do
Allowing a person to do it
Review and correct any error

5 "S" UMPAN BALIK:
Segera
Spesifik
Sering
Sesuai
Solusi

Jasa yang dilakukan :
  1. Supervisi Akunting (Bulanan)
Tujuan Memberikan Laporan keuangan bulanan beserta perhitungan hasil kinerja manajemen klien melalui perhitungan rasio laporan keuangan.

  1. Supervisi Pajak (Bulanan & Tahunan)
Tujuan Mengontrol SPT pajak masa dan tahunan yang dilakukan oleh klien berkesesuaian dengan aturan pajak yang berlaku, memberikan tax palnning, dan permasalahan pajak lainnya.

  1. Recruitmen
Tujuan memberikan Sumber daya manusia sesuai dengan kriteria dan kebutuhan klien.

  1. Prosedur Disepakati
Tujuan melakukan prosedur audit yang disepakati dengan klien menghasilkan temuan-temuan audit dilapangan yang scope audit sesuai kesepakatan dengan klien tanpa mengahasilkan opini audit.



Rabu, 03 Agustus 2016

"KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN" KJA SSB

KERANGKA KONSEPTUAL PELAPORAN KEUANGAN


1.      Tujuan
Tujuan, digunakan acuan bagi:
a.       komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
b.      penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
c.       auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
d.      para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan

2.        Ruang lingkup
a. tujuan laporan keuangan;
b. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;
c. definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan; dan
d. konsep modal serta pemeliharaan modal.

3.    Pemakai kebutuhan informasi
a. Investor: membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi tersebut, menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
b.  Karyawan: mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
       c.  Pemberi pinjaman: memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
d. Pemasok dan kreditur usaha lainnya: untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
e. Pelanggan: mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan.
       f.   Pemerintah: mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
g. Masyarakat: informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

4.    Tujuan Laporan keuangan:
Memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan penggunan laporan keuangan dalam pembuatan keputusan. Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya.

5.    laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:
       a.  Laporan posisi keuangan
       b.  Laporan laba rugi komprehensif
       c.  Laporan arus kas
       d.  catatan atas laporan keuangan
       e.  laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

6.    Karakteristik Kualitatif
       a. Fundamental Qualities
            1. Relevan: memiliki nilai prediksi dan nilai konfirmasi (umpan balik)
            2. Penyajian yang jujur: kelengkapan, netral, dan bebas dari salah saji
       b.  Enhancing Qualities
            1. Dapat diperbandingkan
            2. Dapat diverfikasi
            3. Ketepatanwaktu
            4. Dapat Dipahami

7.    Elemen Laporan Keuangan:
       1.  Aset
       2.  Liabilitas
       3.  Ekuitas
       4.  Pendapatan
       5.  Beban   
          
8.    Asumsi Dasar
       a.  Dasar Aktual
Laporan keuangan disusun dengan dasar akrual. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan buka pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam akuntansi serta dilaporkan dalam  laporan keuangan pada periode bersangkutan                
       b.  Kelangsungan Usaha
            Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan
akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
       c.  Entitas Ekonomi
setiap perusahaan merupakan unit akuntansi terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain
d.      Unit Moneter
akuntansi adalah pengukuran dan proses mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter
e.       Periodik
laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejahteraan perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodik

9.    Prinsip akuntansi                         
       a.  Pengukuran
Adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi.
Dasar Pengukuran;
1.      Cost : jumlah yang dibayar untuk item tertentu
2.      Nilai wajar: jumlah suatu aset dapat dipertukarkan, kewajiban diselesaikan, atau instrumen ekuitas yang diberikan dapat dipertukarkan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk transaksi jangka panjang
       b.  Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui ketika kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan mungkin terjadi
       c.  Pengakuan beban
diakui ketika pekerjaan (jasa) atau produk secara aktual memberikan kontribusi terhadap pendapatan

d.      Pengungkapan penuh
menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai

10.  Kendala
       1.  Biaya vs manfaat
biaya penyediaan informasi yang harus dipertimbangkan terhadap manfaat yang diperoleh dari penyediaan informasi tersebut. Manfaat yang dihasilkan informsi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
2.      Materialitas

dianggap material jika pencantuman atau kelalaian akan mempengaruhi atau mengubah penilaian orang. Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keungan. Entitas tidak perlu memberikan pengungkapan khusus bila informasi tersebut tidak material.

KJA SSB

Selasa, 02 Agustus 2016

"CREATIVE ACCOUNTING" Legal atau Tidak Legal????

CREATIVE ACCOUNTING

Creative accounting adalah Sebuah proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999).
Di dalam creative accounting ada pendapat yang mengatakan creative accounting di bagi dua jenis, yaitu yang legal dan illegal. Maksud dari legal di sini adalah yang sesuai dengan perundang-undangan atau sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan yang illegal adalah yang menyalahi peraturan atau perundang-undangan ayang berlaku..
Stolowy dan Breton [2000] menyebut ‘creative accounting’ merupakan bagian dari ‘accounting manipulation’ yang terdiri dari ‘earning management’ , ‘income smoothing’ dan ‘creative accounting’ itu sendiri. Dalam pemahaman mengenai ‘creative accounting’ ini bukan berarti akuntan  yang memanfaatkan pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk menggunakan ‘creative accounting’ tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya.
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka ‘creative accounting’ menurut Scott [1997] sebagai berikut:
1.      Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen melakukan ‘pembersihan diri’ dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2.      Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang dikehendaki.
3.      Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4.      Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
5.      Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

Creative Accounting dan Etika

Dalam pandangan orang awam ‘creative accounting’ dianggap tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan perhatiannya. Tetapi dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang ‘creative accounting’ tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, tidak ada masalah yang harus dipersoalkan. Asalkan tidak ada asimetri informasi antara pelaku ‘creative accounting’ dan pengguna informasi keuangan. Perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour) para manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Perhatian kita mungkin diarahkan bagaimana mendorong keterbukaan informasi secara lebih luas sehingga inside information bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ untuk diumumkan kepada khalayak. Karena dalam kerangka keterbukaan yang menyeluruh sebenarnya ‘creative accounting’ atau apapun namanya, tidak akan berpengaruh kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi. Karena semua pihak akan mempunyai informasi yang sama dan tidak ada asimetri informasi lagi. Sekali lagi, pentingnya mendorong keterbukaan dalam rangka good governance akan membawa dampak kepada ketersediaannya informasi sehingga akan mengeliminasi dan mengurangi dampak ‘creative accounting’. Untuk itu keputusan pelaksanaan “cretive accunting” dalam mengelola laporan keuangan perusahaan tentu harus benar-benar dipikirkan dengan mendalam, karena tentu akan berpengaruh terhadap kredibititas perusahaan itu sendiri.

Contoh Kasus:

1.      PT Pasher Carding

Perusahaan Kosmetik PT. PASHER CARDING memiliki produk kosmetik yang belum selesai penelitiannya. Tetapi permintaan akan produk kosmetik tersebut memiliki banyak permintaan dipasar. Karena banyaknya permintaan Bapak AFTON selaku marketing manager mengatakan kepada Presiden direktur Bpk. Daeng Marowa untuk segera melakukan penjualan dipasar karena tidak ingin melepaskan momen
permintaan yang banyak.
Padahal penelitian atas produk tersebut yang dilakukan oelh departemen R & D belum selesai. Departemen R & D Pun belum bisa menjawab apakah akan ada efek samping apabila menggunakan produk kosmetik tersebut. Tetapi marketing manager tetap memprovokasi bapak Presiden direktur untuk melakukan peluncuran produk tanpa mempedulikan hasil Riset. Bapak Daeng Marowa , selaku presiden direktur meminta nasihat kepada Departemen GA mengenai Proses hukumnya, ternyata bapak Handi Priono selaku Manager GA menganjurkan untuk membuat PT. baru, dan mengatas namakan produk tersebut adalah buatan PT. Baru. Dan jika nanti ternyata memang ada pengaduan mengenai efek samping dan konsumen merasa dirugikan maka, PT. Baru tersebut yang akan disalahkan, jika terjadi sengketa dan tidak bisa
mengganti rugi, maka akan dikatakan pailit, jadi resikonya kecil dan tidak akan memakan ganti rugi yang besar. sebaliknya jika ternyata tidak terjadi efek samping ataupun tidak terjadi permasalah malahan berhasil, maka kita akan membeli merek produk tersebut dengan harga sangat murah dan meneruskan penjualan.
Creative accounting pada kasus ini terjadi  ketika perusahaan memanfaatkan kemampuan akuntannya dalam melakukan berbagai metode yang sebenarnya diperbolehkan juga didalam peraturan demi melindungi kepentingan para stakeholders.

Contoh 2: (Kreativitas profitabilitas)
Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalam metode arus     persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karena Asumsi Inflasi Besar. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.
FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak akan mengalamipenurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak.
Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaanya kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.

Contoh 3 : (Kreativitas dalam hal mengecilkan Pajak dan Kepentingan Pemegang Saham tetap Aman)

Perusahaan PT. ABC membutuhkan suntikan dana segar, PT. ABC mendapat dua alternatif, yaitu : Dengan menerbitkan surat hutang atau dengan menerbitkan saham baru. ternyata PT. ABC lebih memilih untuk menerbitkan surat hutang karena dengan menerbitkan surat hutang makan secara otomatis akan ada beban bunga yang harus dibayarkan kepada kreditor. Karena beban perusahaan akan meningkat dalam beban bunga secara otomatis akan menekan NET INCOME, dengan NET INCOME yang kecil maka akan dikenakan PAJAK YANG KECIL PULA. Selain itu dengan menerbitkan surat hutang dibandingkan dengan Menerbitkan saham baru sudah barang tentu akan melindungi kepentingan Pemegang saham,  karena jika menerbitkan saham baru sudah barang tentu akan menyebabkan munculnya pemegang saham baru yang memiliki kepentingan dan pola pikir yang berbeda dalam tujuan perusahaan kedepan.