Selasa, 02 Agustus 2016

"CREATIVE ACCOUNTING" Legal atau Tidak Legal????

CREATIVE ACCOUNTING

Creative accounting adalah Sebuah proses dimana beberapa pihak menggunakan kemampuan pemahaman pengetahuan akuntansi (termasuk di dalamnya standar, teknik, dll) dan menggunakannya untuk memanipulasi pelaporan keuangan (Amat, Blake dan Dowd, 1999).
Di dalam creative accounting ada pendapat yang mengatakan creative accounting di bagi dua jenis, yaitu yang legal dan illegal. Maksud dari legal di sini adalah yang sesuai dengan perundang-undangan atau sesuai peraturan yang berlaku, sedangkan yang illegal adalah yang menyalahi peraturan atau perundang-undangan ayang berlaku..
Stolowy dan Breton [2000] menyebut ‘creative accounting’ merupakan bagian dari ‘accounting manipulation’ yang terdiri dari ‘earning management’ , ‘income smoothing’ dan ‘creative accounting’ itu sendiri. Dalam pemahaman mengenai ‘creative accounting’ ini bukan berarti akuntan  yang memanfaatkan pemahaman akuntansi tersebut, tetapi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan kekuatan untuk menggunakan ‘creative accounting’ tersebut, seperti manajer, akuntan, pemerintah, asosiasi industri dan sebagainya.
Berbagai macam pola yang dilakukan dalam rangka ‘creative accounting’ menurut Scott [1997] sebagai berikut:
1.      Taking Bath, atau disebut juga ‘big bath’. Pola ini dapat terjadi selama ada tekanan organisasional pada saat pergantian manajemen baru yaitu dengan mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut. Teknik ini juga dapat mengakui adanya biaya-biaya pada periode mendatang dan kerugian periode berjalan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan yang tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen melakukan ‘pembersihan diri’ dengan membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang dan melakukan ‘clear the decks’. Akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
2.      Income minimization. Cara ini mirip dengan ‘taking bath’ tetapi kurang ekstrem. Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost). Kebijakan yang diambil dapat berupa write-off atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, metode successfull-efforts untuk perusahaan minyak bumi dan sebagainya. Penghapusan tersebut dilakukan bila dengan teknik yang lain masih menunjukkan hasil operasi yang kelihatan masih menarik minat pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan dari penghapusan ini adalah untuk mencapai suatu tingkat return on assets yang dikehendaki.
3.      Income maximization. Maksimalisasi laba dimaksudkan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4.      Income smoothing. Perataan laba merupakan cara yang paling populer dan sering dilakukan. Perusahaan-perusahaan melakukannya untuk mengurangi volatilitas laba bersih. Perusahaan mungkin juga meratakan laba bersihnya untuk pelaporan eksternal dengan maksud sebagai penyampaian informasi internal perusahaan kepada pasar dalam meramalkan pertumbuhan laba jangka panjang perusahaan.
5.      Timing revenue and expense recognition. Teknik ini dapat dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

Creative Accounting dan Etika

Dalam pandangan orang awam ‘creative accounting’ dianggap tidak etis, bahkan merupakan bentuk dari manipulasi informasi sehingga menyesatkan perhatiannya. Tetapi dalam pandangan teori akuntansi positif, sepanjang ‘creative accounting’ tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum, tidak ada masalah yang harus dipersoalkan. Asalkan tidak ada asimetri informasi antara pelaku ‘creative accounting’ dan pengguna informasi keuangan. Perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour) para manajer terjadi akibat adanya asimetri informasi dalam penyajian laporan keuangan tidak terlepas dari pertimbangan konsekuensi ekonomi. Perhatian kita mungkin diarahkan bagaimana mendorong keterbukaan informasi secara lebih luas sehingga inside information bukanlah sesuatu yang ‘tabu’ untuk diumumkan kepada khalayak. Karena dalam kerangka keterbukaan yang menyeluruh sebenarnya ‘creative accounting’ atau apapun namanya, tidak akan berpengaruh kepada semua pihak yang berkepentingan terhadap organisasi. Karena semua pihak akan mempunyai informasi yang sama dan tidak ada asimetri informasi lagi. Sekali lagi, pentingnya mendorong keterbukaan dalam rangka good governance akan membawa dampak kepada ketersediaannya informasi sehingga akan mengeliminasi dan mengurangi dampak ‘creative accounting’. Untuk itu keputusan pelaksanaan “cretive accunting” dalam mengelola laporan keuangan perusahaan tentu harus benar-benar dipikirkan dengan mendalam, karena tentu akan berpengaruh terhadap kredibititas perusahaan itu sendiri.

Contoh Kasus:

1.      PT Pasher Carding

Perusahaan Kosmetik PT. PASHER CARDING memiliki produk kosmetik yang belum selesai penelitiannya. Tetapi permintaan akan produk kosmetik tersebut memiliki banyak permintaan dipasar. Karena banyaknya permintaan Bapak AFTON selaku marketing manager mengatakan kepada Presiden direktur Bpk. Daeng Marowa untuk segera melakukan penjualan dipasar karena tidak ingin melepaskan momen
permintaan yang banyak.
Padahal penelitian atas produk tersebut yang dilakukan oelh departemen R & D belum selesai. Departemen R & D Pun belum bisa menjawab apakah akan ada efek samping apabila menggunakan produk kosmetik tersebut. Tetapi marketing manager tetap memprovokasi bapak Presiden direktur untuk melakukan peluncuran produk tanpa mempedulikan hasil Riset. Bapak Daeng Marowa , selaku presiden direktur meminta nasihat kepada Departemen GA mengenai Proses hukumnya, ternyata bapak Handi Priono selaku Manager GA menganjurkan untuk membuat PT. baru, dan mengatas namakan produk tersebut adalah buatan PT. Baru. Dan jika nanti ternyata memang ada pengaduan mengenai efek samping dan konsumen merasa dirugikan maka, PT. Baru tersebut yang akan disalahkan, jika terjadi sengketa dan tidak bisa
mengganti rugi, maka akan dikatakan pailit, jadi resikonya kecil dan tidak akan memakan ganti rugi yang besar. sebaliknya jika ternyata tidak terjadi efek samping ataupun tidak terjadi permasalah malahan berhasil, maka kita akan membeli merek produk tersebut dengan harga sangat murah dan meneruskan penjualan.
Creative accounting pada kasus ini terjadi  ketika perusahaan memanfaatkan kemampuan akuntannya dalam melakukan berbagai metode yang sebenarnya diperbolehkan juga didalam peraturan demi melindungi kepentingan para stakeholders.

Contoh 2: (Kreativitas profitabilitas)
Perusahaan PT. ABC lebih menggunakan metode FIFO dalam metode arus     persediaannya. Karena dari sisi FIFO akan menghasilkan profit lebih besar dibandingkan LIFO, atau Average. Hal ini dilakukan karena Asumsi Inflasi Besar. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus tidak memungkinkan atau tidak praktis.
FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati parallel dengan arus fisik yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang Jika perusahaan dengan tingkat persediaan yang tinggi sedang mengalami kenaikan biaya persediaan yang signifikan, dan kemungkinan tidak akan mengalamipenurunan persediaan di masa depen, maka LIFO memberikan keuntungan arus kas yang substansial dalam hal penundaan pajak.
Ini adalah alasan utama dari penerapan LIFO oleh kebanyakan perusahaan. Bagi banyak perusahaan dengan tingkat persediaanya kecil atau dengan biaya persediaan yang datar atau menurun, maka LIFO hanyamemberikan keuntungan kecil dari pajak. Perusahaan seperti ini memilih untuk tidak menggunakan LIFO.

Contoh 3 : (Kreativitas dalam hal mengecilkan Pajak dan Kepentingan Pemegang Saham tetap Aman)

Perusahaan PT. ABC membutuhkan suntikan dana segar, PT. ABC mendapat dua alternatif, yaitu : Dengan menerbitkan surat hutang atau dengan menerbitkan saham baru. ternyata PT. ABC lebih memilih untuk menerbitkan surat hutang karena dengan menerbitkan surat hutang makan secara otomatis akan ada beban bunga yang harus dibayarkan kepada kreditor. Karena beban perusahaan akan meningkat dalam beban bunga secara otomatis akan menekan NET INCOME, dengan NET INCOME yang kecil maka akan dikenakan PAJAK YANG KECIL PULA. Selain itu dengan menerbitkan surat hutang dibandingkan dengan Menerbitkan saham baru sudah barang tentu akan melindungi kepentingan Pemegang saham,  karena jika menerbitkan saham baru sudah barang tentu akan menyebabkan munculnya pemegang saham baru yang memiliki kepentingan dan pola pikir yang berbeda dalam tujuan perusahaan kedepan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar