Kamis, 09 November 2017

KONSEP DASAR REKONSILIASI BANK




KONSEP DASAR REKONSILIASI BANK
Disusun Oleh:
.     Aswinth Maratimbo          

Secara sederhana, konsep dasar rekonsiliasi bank adalah melogikakan perbadaan antara saldo ‘buku kas’ perusahaan dengan saldo ‘rekening koran’ yang diterbitkan oleh bank. Rekonsiliasi bank biasanya dilakukan (dibuat) oleh persusahaan setiap menjelang tutup buku (akhir bulan).
 Mengapa Rekonsiliasi Bank Perlu Dibuat (Dilakukan)?
Asumsi dasar yang dipakai dalam rekonsiliasi bank adalah: Saldo buku kas perusahaan mestinya sama dengan saldo di rekening koran. Itu sebabnya perusahaan membandingkan rekening koran bank dengan buku catatan kas perusahaan.
Bagaimana jika ada perbedaan antara saldo buku kas perusahaan dengan saldo yang tercantum dalam rekening koran?
Penyebab Kemungkinan Perbedaan Saldo Kas Perusahaan Dengan Rekening Koran
1. Tanggal Pengakuan Kas Keluar – Perbedaan tanggal pengakuan kas keluar menurut perusahaan dengan tanggal pengakuan menurut bank, paling sering terjadi. Misalnya: Pada tanggal 29 Agustus 2011, PT. JAK mengeluarkan cek senilai Rp 20,000,000 untuk PT. ABC. Ternyata, karena kesibukan PT. ABC baru mencairkan ceknya pada tanggal 2 September 2011. Sehingga pada saat bank tutup buku 31 Agustus 2011 (dan mencetak rekening koran PT. JAK), cek sebesar Rp 20,000,000 belum mengurangi saldo kas PT. JAK di bank, sementara itu di buku kas perusahaan cek tersebut sudah mengurangi saldo kas. Sehingga saldo kas menurut buku perusahaan menjadi lebih kecil dibandingkan menurut saldo di rekening koran. Cek keluar yang sudah dicatat sebegai pengeluaran kas oleh perusahaan tetapi belum dicairkan hingga tutup buku bank ini, dalam rekonsiliasi bank disebut dengan “Cek Beredar” atau “Outstanding Check“.
2. Tanggal Pengakuan Kas Masuk – Meskipun tidak sesering kas keluar, kas masuk juga bisa mengalami hal serupa seperti kas keluar—perusahaan sudah mengakui kas masuk padahal uang belum benar-benar masuk ke dalam rekening di bank. Misalnya: Pada tanggal 31 Agustus 2011 PT. JAK menerima pembayaran dalam bentuk cek dari pelanggan XYZ sebesar Rp 25,000,000. Atas cek yang diterima tersebut, PT JAK mencatat kas masuk sebesar Rp 25,000,000. Akan tetapi, ternyata cek tersebut baru berhasil di kliring oleh pihak bank keesokan harinya, yaitu tanggal 1 September 2011. Sehingga, saat bank tutup buku tanggal 31 Agustus, bank belum menambahkan saldo kas PT. JAK, sementara PT. JAK sudah mencatatnya sebagai kas masuk. Cek masuk yang sudah dicatat sebegai penerimaan kas oleh perusahaan tetapi belum baru dikliring setelah bank tutup buku ini, dalam rekonsiliasi bank disebut dengan “Setoran Dalam Perjalanan” atau “Deposit in Transit”.
3. Pengeluaran dan pemasukan kas bank yang bersifat ‘Auto’—baik itu auto-debit maupn auto-credit—yang mana pihak bank menambah atau mengurangi saldo kas perusahaan secara automatis, tanpa didahului oleh konfirmasi dari pihak perusahaan. Ada beberapa jenis pengeluaran dan pemenerimaan kas yang bersifat automatis, diantaranya:
  • Pembayaran-pembayaran yang bersifat autodebit. Misal: credit card, PAM, Listrik, telepon, dll, yang biasanya bersifat rutin setiap bulan), jenis ini memang sudah didahului dengan aplikasi dari pihak perusahaan, akan tetapi seringkali perusahaan lupa mencatatnya di buku kas perusahaan setiap bulannya.
  • Biaya administrasi bulanan atas penggunanaan jasa bank. Bank langsung memotong saldo kas perusahaan setiap menjelang tutup buku, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
  • Biaya buku cek dan BG. Bank membebankan biaya atas buku cek yang digunakan oleh perusahaan, dan pembebanannya dilakukan dengan cara langsung memotong saldo kas perusahaan tanpa pembertahuan terlebih dahulu. Sebenarnya, pihak perusahaan mestinya sudah tahu begitu meminta buku cek ke bank, akan tetapi perusahaan seringkali lupa untuk mencatatnya.
  • Biaya meterai. Sama seperti biaya adminsitrasi bulanan.
  • Bunga Jasa Giro. Atas dana perusahaan yang mengendap di rekening, pihak bank memberikan bunga kepada perusahaan sebagai pemilik rekening, yang langsung ditambahkan di saldo kas perusahaan menjelang tutup buku.
  • Pajak Atas Bunga. Setiap bunga jasa giro yang diberikan oleh bank kepada perusahaan dikenakan pajak, yang dipotong langsung pada saldo kas perusahaan.
            4. Kekeliruan pencatatan oleh perusahaan – Meskipun tidak sering, kemungkinan ini bisa terjadi, yaitu perusahaan salah melakukan pencatatan—entah mencatat lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya. Kesalahan yang cukup sering terjadi namun sulit dilacak saat melakukan rekonsiliasi adalah adanya cek kembali (gagal dicairkan)—biasanya terjadi karena saldo bank tidak mencukupi (non sufficient funds), atau bank pemnolak pencairan karena ada kesalahan tulis pada lembaran cek. Pada saat cek kembali pegawai perusahaan tidak melakukan penyesuaian di dalam catatannya.
5. Kekeliruan pencatatan oleh pihak bank – Meskipun pendapat umum menganggap bank memiliki sistim pengendalian yang ketat, tetap saja tidak menutup kemungkinan kesalahan hingga 100 persen. Ada kalanya pihak bank juga melakukan kesalahan.
Diantara semua kemungkinan perbedaan di atas, yang dianggap ‘WAJAR” hanya perbedaan yang disebabkan oleh perbedaan waktu pencatatan (pengakuan). Sedangkan perbedaan-perbedaan lainnya tentunya mengikuti saldo bank (bila kesalahan terjadi pada buku perusahaan) atau saldo perusahaan (bila kesalahan terjadi pada pencatatan bank).
Tujuan utama rekonsiliasi bank adalah melogikakan perbedaan-perbedaan yang ada diantara buku kas perusahaan dengan bank. Sehingga mengenali dan memahami berbagai kemungkinan penyebab terjadinya perbedaan di atas sangatlah penting. Siapapun yang mengetahui dan memahami logika ini, akan mampu melakukan rekonsiliasi bank dengan lebih cepat.

E-Commerce PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk



bni.jpegE-Commerce

E-Banking BNI


Gambaran Umum PT Bank Nasional Indonesia (Persero) Tbk.
  1. Visi dan Misi
Visi: Menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja
Misi: Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.
  1. Rencana Jangka Panjang
Rencana jangka panjang Perusahaan:
2008 menjadi Bank yang unggul dalam layanan
2013 menjadi Bank yang unggul dalam kinerja
2018 menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja
  1. Sejarah Perusahaan
a.       Berdiri tanggal 5 Juli 1946 dengan nama Bank Negara Indonesia dan merupakan Bank pertama yang didirikan dan dimiliki Pemerintah Indonesia yang ditujukan sebagai Bank Sentral yang bertanggung jawab menerbitkan dan mengelola mata uang RI.
b.      Pada tahun 1955, dengan ditetapkannya De Javasche Bank sebagai Bank Sentral, peran BNI beralih menjadi Bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai Bank devisa.
c.       Pada tahun 1968, beralih menjadi Bank komersial milik Pemerintah dan mengubah namanya menjadi Bank negara Indonesia 1946.
d.      Pada tahun 1986, BNI 1946 melakukan resturkturisasi operasional dengan menyusun Perfomance Improvement Program (PIP) agar lebih dinamis dalam menghadapi lingkungan yang senantiasa berubah.
e.       Pada tahun 1992, BNI 1946 merubah status hukumnya menjadi badan hukum dengan nama PT Bank Negara Indonesia (Persero).
f.       Pada tahun 1996, BNI menjadi perusahaan publik melalui penawaran saham perdana kepada masyarakat melalui pasar modal. Bank BNI merupakan Bank Pemerintah pertama yang mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek dan mengubah namanya menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
g.      Pada tahun 1999, Bank BNI memperoleh tambahan modal sebesar Rp 61,2 triliun melalui program rekapitalisasi perbankan yang dicanangkan Pemerintah pasca krisis ekonomi.
h.      Pada tahun 2000, Bank BNI mulai menerapkan praktik perbankan penuh kehati-hatian (prudent banking) dan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

E-Banking BNI
E-Banking BNI merupakan fasilitas layanan yang diberikan kepada nasabah BNI untuk melakukan transaksi perbankan melalui jaringan global BNI, kapan saja, dimana saja, yang mempermudah penggunanya.

Produk E-Banking BNI:
1.      Internet Banking
Salah satu channel fasilitas e-banking dari BNI untuk mengakses rekening yang dimiliki nasabah melalui jaringan internet dengan menggunakan perangkat lunak browser pada komputer. Kelengkapan channel elektronik menjadi salah satu faktor kemudahan akses transaksi untuk produk & jasa bank. Diluncurkan pada 5 April 2007.
2.      SMS Banking
Merupakan fasilitas layanan perbankan yang memudahkan Anda untuk melakukan isi ulang pulsa, transfer sampai bayar tagihan Kartu Kredit BNI semudah Anda mengirim SMS kepada sahabat, keluarga ataupun orang terdekat anda.  BNI SMS Banking dapat diakses dengan menggunakan perintah SMS biasa, atau dengan  cara download BNI SMS Banking Menu.
3.      Phone Banking
Layanan untuk mendapatkan segala informasi dan melakukan transaksi perbankan tanpa harus beranjak dari tempat dengan jaminan privasi yang tinggi, serta tidak dibatasi ruang waktu dan gerak.
4.      Auto Teller’s Machine (ATM)
Fasilitas untuk melakukan transaksi perbankan yang meliputi penarikan tunai, inquiry saldo rekening tabungan, transfer, setoran tunai (melalui mesin CDM) dan melakukan berbagai jenis pembelian dan pembayaran tagihan tanpa harus datang langsung ke Kantor Cabang BNI dan tanpa terikat waktu. Alat bertransaksi melalui BNI ATM adalah kartu debit atau kredit



Internet Banking
  1. Fasilitas Internet Banking:
1.      Transaksi non finansial
• Informasi saldo
• Informasi mutasi rekening
• Ganti Password
• Ganti Alamat Email
• Daftar Rekening
• Daftar Pembayaran
2.      Transaksi finansial
• Transfer Dana antar Rekening BNI
• Pembayaran Tagihan
• Pembelian Voucher Prabayar
• Pembelian Tiket Airlines
• Pembayaran Biaya Pendidikan (Student Payment Centre)

  1. Manfaat E-banking:
  1. Bagi Perusahaan:
a.       Mengurangi tingkat kesalahan yang sering dilakukan manusia (human factor)
b.      Penambahan delivery channel baru yang dapat memperbesar kapasitas pelayanan transaksi untuk mengurangi beban kerja di cabang
c.       Dapat memproses transaksi yang lebih banyak
d.      Meningkatkan jumlah nasabah
  1. Bagi Nasabah:
a.       Menghemat waktu dan uang, karena menghilangkan tahap operasi manual seperti penulisan dokumen transaksi (voucher), antre di counter teller, serta pengecekan secara manual terhadap dokumen transaksi
b.      Mempercepat operasional transaksi keuangan serta mempermudah di dalam mendapatkan informasi keuangan
c.       Tidak terbatas tempat dan waktu
d.      Menghindari tindakan kriminal (perampokan, penjambretan, dll)
  1. Bagi Lingkungan
a.       Inputan dan keluaran data yang serba paperless (tanpa kertas), sehingga ramah lingkungan
b.      Mengurangi kemacetan di area lokasi Bank
c.       Mengurangi tindakan kriminal perampokan

  1. Perangkat pendukung
Perangkat Akses BNI Internet Banking adalah PC/Laptop Pentium 133 Mhz, atau lebih tinggi, Modem 28,8 kbps (disarankan 56 kbps), line telepon atau GPRS OS minimal Windows 98, Windows 2000 atau windows NT. Browser Microsoft Internet Explorer 5.00 / Netscape Navigator 4.5, Koneksi Jaringan Internet. Untuk dapat memanfaatkan layanan Internet Banking nasabah pengguna mengakses website www.bni.co.id atau langsung ke https://ibank.bni.co.id.
BNI e-Secure adalah alat pengaman tambahan yang harus dimiliki oleh pengguna untuk melakukan transaksi finansial layanan BNI Internet Banking dan berfungsi untuk menghasilkan PIN yang berubah-ubah (Dynamic PIN).
Terintegrasi dengan aplikasi dasar ICONS (Integration Centralized Online System)-yang telah beroperasi sejak Desember 2005. BNI Internet Banking berjalan di atas platform yang sama dengan ICONS, yaitu menggunakan server high performance AIX P series dan database server ORACLE

  1. Analisis Fasilitas Internet Banking: Transfer Dana Antar Rekening BNI
Salah satu fasilitas dari Internet Banking adalah transfer dana antar rekening BNI yang merupakan contoh dari type e-commerce Customer to Customer (C2C), karena transaksi tersebut menghubungkan dua orang nasabah (customer BNI) yang masing-masing melakukan transfer dana dan menerima transfer dana. Sedangkan berdasarkan tujuannya, Internet Banking bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah, sehingga bisa disimpulkan bahwa scope e-commerce-nya adalah kedepan atau berorientasi pada customer.
Secara prosedur dan sistem, internet banking bisa dikatakan bank swalayan bagi nasabah, sehingga tidak ada satupun divisi yang terlibat dari Perusahaan, karena transaksi yang dilakukan nasabah akan langsung ter-record pada program ICONS BNI yang terintegrasi di seluruh cabang BNI seluruh Indonesia.
Tidak ada kendala tempat dan waktu, karena internet banking BNI bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan koneksi internet dan output dari transaksi adalah saat itu juga sehingga internet banking BNI bisa dikategorikan sebagai Mobile Commerce.
  1. Analisis Fasilitas Internet Banking: Pembayaran Tagihan dan Pembelian
Salah satu fasilitas dari Internet Banking adalah Pembayaran tagihan dan pembelian yang merupakan contoh dari type e-commerce Customer to Bussiness (C2B), karena transaksi tersebut menghubungkan antara nasabah (customer BNI) dengan rekanan BNI (Bussiness). Sedangkan berdasarkan tujuannya, Internet Banking bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi nasabah, sehingga bisa disimpulkan bahwa scope e-commerce-nya adalah kedepan atau berorientasi pada customer dan rekanan BNI.
Secara prosedur dan sistem, internet banking bisa dikatakan bank swalayan bagi nasabah, sehingga tidak ada satupun divisi yang terlibat dari Perusahaan, karena transaksi yang dilakukan nasabah akan langsung ter-record pada program ICONS BNI yang terintegrasi di seluruh cabang BNI seluruh Indonesia.
Tidak ada kendala tempat dan waktu, karena internet banking BNI bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan koneksi internet dan output dari transaksi adalah saat itu juga sehingga internet banking BNI bisa dikategorikan sebagai Mobile Commerce.

Kamis, 08 September 2016

Cara Melakukan Analisa Akuntansi oleh Non-Akuntan

Melakukan analisis akuntansi
Pada tahap ini kita akan mendiskusikan beberapa tahap yang dilakukan analis untuk mengevaluasi kualitas akuntansi perusahaan. konsep ini diilustrasikan untuk menganalisis aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, beban dan entitas bisnis akuntansi.
Langkah 1: Mengidentifikasi kebijakan akuntansi kunci
Seperti yang telah didiskusikan pada bab analisis strategi bisni, karakteristik industri dan strategi kompetitif perusahaan menentukan faktor kunci sukses dan risiko. Salah satu tujuan dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengevaluasi sebagaimana baik faktor-faktor sukses dan risiko yang dikelola oleh perusahaan. Pada analisis akuntansi, karena itu, analis seharusnya mengidentifikasi dan mengevaluasi kebijakan dan estimasi yang digunakan perusahaan untuk mengukur faktor dan risiko kritisnya.
Sebagai contoh, salah satu dari faktor kunci sukses pada leasing business adalah untuk melakukan prediksi yang akurat dari nilai sisa atas aset leasing pada akhir masa leasing. Untuk perusahaan yang bergerak pada bidang leasing industry, karena itu, salah satu kebijakan akuntansi yang paling penting adalah bagaimana cara nilai sisa dicatat. Nilai sisa mempengaruhi pelaporan laba dan dasar pengakuan aset perusahaan. Jika nilai sisa dinilai terlalu besar, maka perusahaan akan berisiko mengalami penghapusan atau pembebanan yang besar di masa depan.
Faktor kunci sukses pada perusahaan perbankan termasuk bunga dan manajemen risiko kredit; pada perusahaan dagang, manajemen persediaan adalah faktor kunci suksesnya; dan untuk perusahaan manufaktur yang bersaing dalam kualitas dan inovasi produk, penelitian dan pengembangan dan cacat produk setelah penjualan adalah bidang yang menjadi perhatiannya. Pada setiap kasus, analis harus mengidentifikasi pengukuran akuntansi yang digunakan perusahaan untuk membangun bisnisnya, kebijakan-kebijakan yang menjelaskan bangaimana pengukuran diimplementasikan, dan kunci estimasi yang digunakan dalam kebijakannya. Sebagai contoh, pengukuran akuntansi suatu bank yang digunakan untuk menangkap risiko kredit adalah cadangan kerugian pinjaman, dan pengukuran akuntansi suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk menangkap kualitas produk adalah biaya dan cadangan garansi.
Langkah 2: Menilai fleksibilitas akuntansi
Tidak semua perusahaan memiliki kesamaan fleksibilitas dalam pemilihan kebijakan dan estimasi akuntansi kuncinya. Pilihan kebijakan akuntansi beberapa perusahaan sangat dibatasi oleh standar akuntansi dan konvensi. Sebagai contoh, meskipun penelitian dan pengembangan adalah faktor kunci sukses dari perusahaan bioteknologi, para manajer tidak memiliki kebebasan pemilihan kebijakan akuntansi pada aktivitas ini. Sama seperti, meskipun pemasaran dan peningkatan nama merk adalah salah satu kunci sukses dari perusahaan consumer goods, namun semua pengeluaran atas aktivitas tersebut harus dibiayakan. Sebaliknya, pengelolaan risiko kredit adalah salah satu faktor kritis sukses dari Bank, dan manajer bank memiliki kebebasan untuk mengestimasi kegagalan bayar pinjaman nasabah. Begitu pula, pengembang software memiliki fleksibilitas untuk menentukan pada titik mana pada siklus pengembangan, pengeluaran dapat dikapitalisasi.
Jika para manajer memiliki sedikit fleksibilitas dalam pemilihan kebijakan dan estimasi akuntansi yang berkaitan denga faktor kunci sukses (seperti contoh kasus perusahaan bioteknologi), data akuntansi akan seperti kurang informatif untuk memahami ekonomi suatu perusahaan. Sebaliknya, jika manajer memiliki fleksibilitas yang besar dalam memilih kebijakan dan estimasi (seperti pada kasus pengembang software), angka akuntansi memiliki potensi informasi, tergantung bagaimana para manajer menggunakan fleksibilitasnya tersebut.
Terlepas dari tingkat fleksibilitas akuntasi manajer perusahaan dalam mengukur faktor kunci sukses dan risiko, mereka akan memiliki beberapa fleksibilitas sehubungan dengan beberapa kebijakan akuntansi lain. Sebagai contoh, semua perusahaan harus menentukan pilihan sehubungan dengan kebijakan penyusutan (garis lurus, saldo menurun), kebijakan akuntansi persediaan (LIFO, FIFO, rata-rata), kebijakan dalam mengamortisasi goodwill (penghapusan lebih dari 40 tahun atau kurang), dan kebijakan mengenai estimasi pensiun dan kewajiban manfaat lain (pengembalian yang diharapkan pada aset, tingkat diskonto untuk liabilitas, dan tingkat kenaikan gaji dan tunjangan kesehatan). Selama semua pilihan kebijakan tersebut bisa berdampak signifikan pada pelaporan kinerja perusahaan, semua pilihan kebijakan tersebut memberi kesempatan pada perusahaan untuk mengelola angka yang harus dilaporkan.
Langkah 3: Mengevaluasi strategi akuntansi
Ketika manajer memiliki fleksibilitas dalam akuntansi, mereka bisa menggunakan hal tersebut untuk menginformasikan situasi ekonomi perusahaan mereka atau juga menyembunyikan kinerja yang sebenarnya. Beberapa pertanyaan yang dapat dipertanyakan untuk meneliti bagaimana para manajer menggunakan fleksibilitasnya dalam akuntansi adalah sebagai berikut:
·         Bagaimana kebijakan akuntansi perusahaan dibandingkan dengan norma-norma di industri? Jika tidak sama, apakah ini disebabkan karena keunikan strategi kompetitif perusahaan? Contohnya, mempertimbangkan perusahaan yang melaporkan tunjangan garansi lebih rendah dari rata-rata industri sejenis. Salah satu penjelasan adalah bahwa perusahaan bersaing berdasarkan kualitas tinggi dan telah menginvestasikan sumber daya yang cukup untuk mengurangi tingkat kegagalan produk. Penjelasan alternatif adalah bahwa perusahaan hanyalah mengecilkan kewajiban garansi.
·         Apakah manajemen menghadapi pengaruh kuat insentif untuk menggunakan kebijakan akuntansi untuk manajemen laba? Sebagai contoh, apakah perusahaan hampir melanggar jaminan perjanjian obligasi? Atau, apakah manajer mengalami kesulitan dalam akuntansi berbasis target bonus? Apakah manajemen memiliki saham yang signifikan? Apakah perusahaan di tengah-tengah pertarungan atau negosiasi dengan serikat buruh? Manajer juga dapat membuat keputusan akuntansi untuk mengurangi pembayaran pajak, atau untuk mempengaruhi persepsi pesaing perusahaan.
·         Apakah perusahaan telah merubah kebijakan atau estimasinya? Apa dasar pembenarannya? Apa dampak dari perubahan ini? Sebagai contoh, jika biaya garansi menurun, itu karena perusahaan melakukan investasi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas produknya?
·         Apakah kebijakan perusahaan dan estimasi telah realistis di masa lalu? Sebagai contoh, perusahaan mungkin melebih-lebihkan pendapatan mereka dan mengecilkan pengeluaran mereka dengan memanipulasi laporan triwulanan, yang tidak tunduk pada full-blown audit eksternal. Namun, proses audit pada akhir tahun fiskal memaksa perusahaan tersebut untuk membuat penyesuaian besar kuartal keempat, memberikan kesempatan bagi analis untuk menilai kualitas pelaporan interim perusahaan. Demikian pula, perusahaan yang biaya akuisisi goodwill terlalu lambat akan dipaksa untuk write-off dalam jumlah besar di masa datang. mungkin write-off sebelumnya, merupakan tanda manajemen laba sebelumnya.
·         Apakah struktur perusahaan setiap transaksi bisnis yang signifikan sehingga dapat mencapai tujuan akuntansi tertentu? Sebagai contoh, perusahaan sewa guna usaha dapat mengubah masa sewa (panjang masa sewa atau opsi pembelian pada akhir masa sewa) sehingga memenuhi syarat sebagai leasing tipe penjualan bagi lessor. Perusahaan mungkin struktur transaksi pengambilalihan (ekuitas pembiayaan daripada pembiayaan utang) sehingga mereka dapat menggunakan metode penyatuan kepemilikan daripada metode akuntansi pembelian. Akhirnya, perusahaan dapat mengubah cara membiayai (kupon rate dan ketentuan konversi untuk penerbitan obligasi konversi) sehingga laba yang dilaporkan per saham tidak dicairkan. Perilaku tersebut dapat menunjukkan bahwa manajer perusahaan bersedia untuk mengeluarkan sumber daya ekonomi semata-mata untuk mencapai tujuan akuntansi.
Langkah 4: Mengevaluasi kualitas pengungkapan
Manajer dapat membuat pengungkapan lebih atau kurang mudah bagi seorang analis untuk menilai kualitas akuntansi perusahaan dan menggunakan laporan keuangan untuk memahami realitas bisnis. Sementara aturan akuntansi memerlukan sejumlah pengungkapan minimum, manajer memiliki pilihan yang cukup luas dalam hal ini. Kualitas pengungkapan, oleh karena itu, merupakan dimensi penting dari kualitas akuntansi suatu perusahaan.
Dalam menilai kualitas pengungkapan perusahaan, analis sebaiknya mempertanyakan hal-hal berikut:
·         Apakah perusahaan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk menilai strategi bisnis perusahaan dan konsekuensi ekonomi perusahaan? Sebagai contoh, beberapa perusahaan menggunakan Surat kepada Pemegang Saham dalam laporan tahunan mereka untuk memperjelas rancangan kondisi industri perusahaan, posisi kompetitif, dan rencana manajemen untuk masa depan. Pihak lain menggunakan Surat untuk menonjolkan kinerja keuangan perusahaan dan mengabaikan kesulitan kompetitif perusahaan yang mungkin akan dihadapi.
·         Apakah catatan kaki cukup menjelaskan kebijakan akuntansi kunci dan asumsi dan logika perusahaan? Sebagai contoh, jika kebijakan pengakuan pendapatan dan beban perusahaan berbeda dari norma-norma industri, perusahaan dapat menjelaskan pilihan dalam catatan kaki. Demikian pula, ketika ada perubahan signifikan dalam kebijakan suatu perusahaan, catatan kaki dapat digunakan untuk mengungkapkan alasan.
·         Apakah perusahaan cukup menjelaskan kinerja saat ini? Pada bagian diskusi dan analisis manajemen dari laporan tahunan perusahaan memberikan kesempatan untuk membantu analis memahami alasan dibalik perubahan kinerja perusahaan. Beberapa perusahaan menggunakan bagian ini untuk menghubungkan kinerja keuangan dengan kondisi bisnis. Misalnya, jika margin keuntungan turun dalam suatu periode, itu karena persaingan harga atau karena kenaikan biaya produksi? Jika biaya administrasi penjualan dan umum naik, itu karena perusahaan yang berinvestasi dalam strategi diferensiasi, atau karena beban overhead tidak produktif yang merangkak naik?
·         Jika aturan dan konvensi akuntansi membatasi perusahaan untuk mengukur secara tepat faktor-faktor kunci keberhasilannya, apakah perusahaan memberikan pengungkapan tambahan yang memadai untuk membantu pihak luar memahami bagaimana faktor-faktor ini dikelola? Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan berinvestasi untuk kualitas produk dan layanan pelanggan, aturan akuntansi tidak memungkinkan manajemen untuk mengkapitalisasi semua pengeluaran tersebut, bahkan ketika manfaat masa depan cukup pasti. Bagian diskusi dan analisis manajemen dari laporan tahunan perusahaan dapat digunakan untuk menyoroti bagaimana pengeluaran dikelola dan konsekuensi kinerja perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan dapat mengungkapkan indeks keusangan persediaan fisik dan kepuasan pelanggan sehingga pihak luar bisa menilai kemajuan yang dibuat dalam bidang ini dan konsekuensi arus kas masa depan dari aktivitas ini.
·         Jika suatu perusahaan terdiri dari beberapa segmen usaha, apa kualitas dari pengungkapan segmen? Beberapa perusahaan menyediakan diskusi yang sangat baik dari kinerja mereka dengan segmen produk dan segmen geografis. Selain itu banyak perbedaan bisnis dalam satu segmen yang luas. Tingkat persaingan dalam suatu industri dan kesediaan manajemen untuk berbagi data pembauran kinerja yang mempengaruhi kualitas suatu perusahaan dalam pengungkapan segmen.
·         Bagaimana manajemen bersikap sehubungan dengan berita buruk akan datang? Kualitas pengungkapan perusahaan paling jelas diungkapkan oleh manajemen dengan cara penawaran berita buruk. Apakah itu cukup menjelaskan alasan untuk kinerja yang buruk? Apakah perusahaan jelas mengartikulasikan strategi, jika ada, untuk mengatasi masalah kinerja perusahaan?
·         Seberapa baik program hubungan investor perusahaan? Apakah perusahaan menyediakan buku-buku dengan data fakta rinci tentang bisnis dan kinerja perusahaan? Apakah manajemen dapat diakses oleh analis?
Langkah 5: Mengidentifikasi “bendera merah” yang potensial
Selain beberapa analisis di atas, pendekatan umum untuk analisis kualitas akuntansi adalah untuk mencari "bendera merah" yang berfokus pada pertanyaan kualitas akuntansi. Indikator ini menunjukkan bahwa analis harus memeriksa item-item tertentu lebih dekat atau mengumpulkan informasi lebih lanjut. Beberapa “bendera merah” umum adalah:
·         Perubahan akuntansi yang tidak dijelaskan, terutama ketika kinerja buruk. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa manajer menggunakan kebijakan akuntansi untuk "mempercantik" laporan keuangan mereka.
·         Transaksi tidak jelas yang meningkatkan keuntungan. Sebagai contoh, perusahaan mungkin melakukan transaksi neraca, seperti penjualan aset atau utang untuk swap ekuitas, untuk mewujudkan keuntungan dalam periode ketika beroperasi kinerja buruk.
·         Peningkatan yang tidak biasa piutang usaha sehubungan dengan kenaikan penjualan. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa perusahaan memenuhi kebijakan kredit atau memuat saluran distribusi buatan untuk mencatat pendapatan selama periode berjalan. Jika kebijakan kredit telah dipenuhi, perusahaan mungkin menghadapi penghapusan piutang selama periode berikutnya sebagai akibat dari kegagalan pelanggan. Jika perusahaan mempercepat pengiriman ke saluran distribusi, mungkin perusahaan menghadapi retur produk atau berkurangnya pengiriman pada periode berikutnya.
·         Peningkatan persediaan yang tidak biasa dalam kaitannya dengan peningkatan penjualan. Jika persediaan meningkat karena peningkatan persediaan barang jadi, itu bisa menjadi tanda bahwa permintaan untuk produk perusahaan lambat, menunjukkan bahwa perusahaan mungkin terpaksa memotong harga (dan karenanya mendapatkan margin yang lebih rendah) atau menghapus persediaan. Sebuah peningkatan dalam persediaan barang dalam proses cenderung menjadi kabar baik secara umum, mungkin sinyal bahwa manajer mengharapkan peningkatan penjualan. Jika peningkatan pada bahan baku, itu bisa menunjukkan inefisiensi pada proses produksi atau pengadaan, menyebabkan peningkatan beban pokok penjualan (dan karenanya margin yang lebih rendah).
·         Sebuah peningkatan gap antara penghasilan perusahaan yang dilaporkan dan arus kas dari aktivitas operasi. Walaupun secara peraturan tidak salah bahwa angka akuntansi akrual berbeda dari arus kas, biasanya ada hubungan yang stabil jika kebijakan akuntansi perusahaan tetap sama. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam hubungan antara laba yang dilaporkan dan arus kas operasi mungkin menunjukkan perubahan halus dalam estimasi akrual perusahaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan melakukan kontrak konstruksi besar yang memungkinkan menggunakan metode persentase penyelesaian untuk mencatat pendapatan. Sementara laba dan arus kas operasi cenderung berbeda untuk perusahaan seperti ini, mereka harus menanggung hubungan yang stabil satu sama lain. Sekarang anggaplah perusahaan meningkatkan pendapatan dalam suatu periode melalui penerapan secara agresif metode persentase penyelesaian. Kemudian pendapatannya akan naik, namun arus kas tetap tidak terpengaruh. Perubahan kualitas akuntansi perusahaan akan diwujudkan oleh perubahan dalam hubungan antara laba perusahaan dan arus kas.
·         Peningkatan gap antara penghasilan perusahaan dilaporkan dan pajak penghasilannya. Sekali lagi, itu sah-sah saja bagi perusahaan untuk mengikuti kebijakan akuntansi yang berbeda untuk pelaporan keuangan dan akuntansi pajak, asalkan undang-undang pajak memungkinkan. Namun, hubungan antara buku perusahaan dan akuntansi pajak akan tetap konstan dari waktu ke waktu, kecuali ada perubahan yang signifikan dalam aturan pajak atau standar akuntansi. Dengan demikian, peningkatan gap antara penghasilan perusahaan dilaporkan dan pajak penghasilan mungkin menunjukkan bahwa pelaporan keuangan perusahaan kepada para pemegang saham telah menjadi lebih agresif. Sebagai contoh, pertimbangan bahwa biaya garansi diperkirakan atas dasar akrual untuk pelaporan keuangan, tetapi dicatat secara kas basis untuk pelaporan pajak. Kecuali ada perubahan besar dalam kualitas produk perusahaan, kedua angka menanggung hubungan yang konsisten satu sama lain. Oleh karena itu, perubahan dalam hubungan ini dapat menjadi indikasi baik bahwa kualitas produk berubah secara signifikan atau perkiraan laporan keuangan berubah.
·         Sebuah kecenderungan untuk menggunakan mekanisme pembiayaan seperti penelitian dan kemitraan pengembangan dan penjualan piutang dengan jalan lain. Sementara pengaturan ini mungkin memiliki logika bisnis yang sehat, mereka juga dapat memberikan manajemen dengan kesempatan untuk mengecilkan kewajiban perusahaan dan / atau melebih-lebihkan asetnya.
·         Penghapusan sejumlah besar aset yang tidak terduga. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen lambat untuk menggabungkan perubahan keadaan bisnis ke estimasi akuntansi perusahaan. Penghapusan aset mungkin juga akibat dari perubahan tak terduga dalam situasi bisnis.
·         Penyesuaian besar kuartal keempat. Sebuah laporan tahunan perusahaan yang diaudit oleh auditor eksternal, namun laporan interim keuangan biasanya hanya direview. Jika manajemen perusahaan enggan untuk membuat estimasi akuntansi yang sesuai (seperti ketentuan untuk piutang tidak dapat ditagih) dalam laporan interim, itu bisa memaksa untuk melakukan penyesuaian pada akhir tahun sebagai akibat dari tekanan dari auditor eksternal. Sebuah pola yang konsisten dari penyesuaian pada kuartal keempat, karena itu, mungkin menunjukkan orientasi manajemen agresif terhadap pelaporan interim.
·         Opini audit dengan pendapat wajar dengan pengecualian atau perubahan auditor independen yang tidak dibenarkan. Ini mungkin menunjukkan sikap agresif suatu perusahaan atau kecenderungan untuk “jual beli pendapat”.
·         Transaksi pihak berelasi atau transaksi antara entitas terkait. Transaksi ini mungkin kurang memiliki objektivitas di pasar, dan manajer akuntansi memperkirakan terkait dengan transaksi ini cenderung lebih subyektif dan berpotensi melayani diri sendiri.
Meskipun daftar sebelumnya menyediakan sejumlah bendera merah yang berpotensi untuk menurunkan kualitas akuntansi, penting untuk melakukan analisis lebih lanjut sebelum mencapai kesimpulan akhir. Setiap bendera merah memiliki multitafsir, beberapa interpretasi didasarkan pada alasan bisnis, dan lain-lain menunjukkan akuntansi yang dapat dipertanyakan. Oleh karena itu, yang terbaik untuk menggunakan analisis bendera merah sebagai titik awal untuk lebih lanjut menyelidik, bukan sebagai titik akhir itu sendiri.
Langkah 6: Membatalkan distorsi akuntansi
Jika analisis akuntansi menunjukkan bahwa angka akuntansi perusahaan dilaporkan menyesatkan, analis harus berusaha untuk menyajikan kembali angka yang dilaporkan untuk mengurangi distorsi seminimal mungkin. Hal ini, tentu saja, hampir tidak mungkin untuk membatalkan semua distorsi menggunakan informasi luar saja. Namun, beberapa kemajuan dapat dibuat dengan laporan arus kas dan catatan kaki laporan keuangan.
Laporan arus kas perusahaan menyediakan rekonsiliasi kinerja perusahaan berdasarkan akuntansi akrual dan akuntansi kas basis. Jika analis tidak yakin kualitas akuntansi akrual perusahaan, laporan arus kas memberikan patokan alternatif kinerja perusahaan. Laporan arus kas juga memberikan informasi tentang bagaimana item dalam laporan laba rugi menyimpang dari arus kas yang mendasarinya. Sebagai contoh, jika seorang analis khawatir bahwa perusahaan itu agresif memanfaatkan biaya tertentu yang harus dibebankan, informasi dalam laporan arus kas memberikan dasar untuk membuat penyesuaian yang diperlukan.
Catatan kaki laporan keuangan juga menyediakan banyak informasi yang berpotensi berguna dalam penyajian kembali laporan keuangan. Misalnya, ketika perusahaan mengubah kebijakan akuntansinya, ia menyediakan catatan kaki yang menunjukkan efek dari perubahan bahwa jika itu adalah material. Demikian pula, beberapa perusahaan memberikan informasi tentang rincian estimasi akrual seperti penyisihan piutang tak tertagih. Catatan kaki pajak biasanya memberikan informasi tentang perbedaan antara kebijakan akuntansi perusahaan untuk pelaporan pemegang saham dan pelaporan pajak. Karena pelaporan pajak seringkali lebih konservatif dibandingkan pelaporan pemegang saham, informasi dalam catatan kaki pajak dapat digunakan untuk memperkirakan apa laba yang dilaporkan kepada pemegang saham akan berada di bawah kebijakan yang lebih konservatif.
Jebakan analisis akuntansi
Ada perangkap tersembunyi beberapa analisis akuntansi yang seorang analis harus hindari. Pertama, penting untuk diingat bahwa dari sudut pandang seorang analis, akuntansi konservatif tidak sama dengan akuntansi "baik". Analis keuangan tertarik dalam mengevaluasi seberapa baik akuntansi sebuah perusahaan menangkap realitas bisnis dalam cara yang tidak bias, dan akuntansi konservatif dapat sebagai menyesatkan seperti akuntansi agresif dalam hal ini. Selanjutnya, akuntansi konservatif sering memberi kesempatan manajer untuk melakukan perataan laba. Perataan laba dapat mencegah analis untuk mengenali kinerja yang buruk secara tepat waktu.
Sebuah kesalahan potensial kedua adalah membingungkan akuntansi yang tidak biasa dengan akuntansi dipertanyakan. Pilihan akuntansi yang tidak biasa bisa membuat kinerja perusahaan sulit untuk dibandingkan dengan kinerja perusahaan lain, seperti pilihan akuntansi yang dibenarkan jika bisnis perusahaan tidak biasa. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan yang mengikuti strategi berbeda atau perusahaan yang struktur bisnis mereka dengan cara yang inovatif untuk mengambil keuntungan dari situasi pasar tertentu, dapat membuat pilihan akuntansi yang tidak biasa untuk benar sesuai dengan bisnis mereka. Oleh karena itu, penting untuk mengevaluasi pilihan akuntansi perusahaan dalam konteks strategi bisnisnya.
Perangkap lain yang potensial dalam analisis akuntansi muncul ketika seorang analis menghubungkan semua perubahan dalam kebijakan akuntansi perusahaan dan akrual untuk motif manajemen laba. Perubahan akuntansi mungkin hanya mencerminkan kondisi bisnis yang berubah. Misalnya, sebagaimana telah dibahas, sebuah perusahaan yang menunjukkan peningkatan luar biasa dalam persediaan mungkin mempersiapkan untuk pengenalan produk baru. Demikian pula, peningkatan tidak biasa dalam piutang hanya mungkin karena perubahan dalam strategi penjualan perusahaan. Penurunan yang tidak biasa di penyisihan piutang tidak dapat ditagih mungkin mencerminkan fokus pelanggan perusahaan berubah. Oleh karena itu penting bagi seorang analis untuk mempertimbangkan semua kemungkinan penjelasan untuk perubahan akuntansi dan menyelidiki mereka menggunakan informasi kualitatif yang tersedia dalam laporan keuangan perusahaan.
Nilai data akuntansi dan analisis akuntansi
Apa nilai informasi akuntansi dan analisis akuntansi? Mengingat insentif dan kesempatan bagi manajer untuk mempengaruhi angka yang dilaporkan perusahaan mereka, bahkan ada yang berpendapat bahwa data akuntansi dan analisis akuntansi tidak mungkin akan berguna bagi investor.
Para peneliti yang telah meneliti nilai akuntansi dengan memperkirakan pengembalian yang bisa diperoleh investor dengan pandangan laba kedepan yang sempurna dalam satu tahun sebelum pengumuman laba. Temuan menunjukkan bahwa dengan membeli saham perusahaan dengan pendapatan yang meningkat dan menjual saham perusahaan dengan pendapatan menurun setiap tahun, investor hipotetis bisa mendapatkan pengembalian portofolio rata-rata 37,5 persen pada periode 1954-1996. Ini setara dengan 44 persen dari pengembalian yang bisa diperoleh jika investor telah memiliki pandangan ke depan sempurna dari harga saham itu sendiri selama satu tahun, dan membeli saham dengan harga saham meningkat dan dijual yang harganya menurun. Kejelian sempurna ROE memungkinkan investor untuk mendapatkan tingkat yang lebih tinggi dari return, 43 persen, dibandingkan dengan pandangan jauh ke depan pendapatan yang sempurna. Ini setara dengan 50 persen dari return yang bisa diperoleh dengan pandangan ke depan harga saham yang sempurna.
Sebaliknya, data arus kas tampaknya jauh lebih berharga daripada pendapatan atau informasi ROE. Kejelian sempurna arus kas dari operasi akan mengizinkan investor hipotetis untuk mendapatkan tingkat pengembalian tahunan rata-rata hanya 9 persen, setara dengan 11 persen dari return yang bisa diperoleh dengan pandangan ke depan yang sempurna dari harga saham.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga pengaturan dan konvensi dibuat untuk mengurangi potensi penyalahgunaan akuntansi oleh para manajer dengan efektif sehingga memberikan jaminan kepada investor. Penelitian ini menunjukkan bahwa investor tidak melihat manajemen laba begitu luas untuk membuat data laba diandalkan.
Sejumlah penelitian telah meneliti apakah analisis akuntansi yang unggul adalah kegiatan yang berharga. Pada umumnya, bukti ini menunjukkan bahwa ada peluang bagi analis unggul untuk mendapatkan pengembalian saham yang positif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan dikritik dalam pers keuangan atas menyesatkan pelaporan keuangan selanjutnya mengalami penurunan harga saham rata-rata 8 percent. Perusahaan di mana manajer tampaknya mengembang laba yang dilaporkan sebelum masalah ekuitas dan selanjutnya melaporkan laba kinerja yang rendah memiliki kinerja saham lebih negatif setelah tawaran dari perusahaan tanpa manajemen laba jelas. Akhirnya, perusahaan tunduk pada penyelidikan SEC untuk manajemen laba menunjukkan penurunan harga saham rata-rata 9 persen ketika manajemen laba pertama kali diumumkan dan terus memiliki kinerja saham yang buruk selama dua tahun.
Temuan ini menyiratkan bahwa analis yang mampu mengidentifikasi perusahaan dengan akuntansi menyesatkan mampu menciptakan nilai bagi investor. Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa pasar saham pada akhirnya melihat melalui manajemen laba. Untuk semua kasus ini, manajemen laba pada akhirnya ditemukan dan harga saham merespon negatif terhadap bukti bahwa laba perusahaan telah meningkat sebelum melalui akuntansi yang menyesatkan.